Kepada Dzikir Yang Pecah di Batu
Doa ini terasa purba
Melumut pada setiap aliran
sungai di mataku
Telah lama kau ajari kami
Segenggam kata yang tertulis
di buku suci
Sepertinya engkau lupa
mencatatkan nasib
Pada halaman pertama atau
juz berikutnya
Padahal aku adalah angin
yang lupa jalan untuk pulang
Maka, kami kemasi saja
Doa dan kata yang pernah
kami pelajari dari buku suci
Sebab, nasib adalah wajah sunyi
yang tak pernah jujur pada dirinya
Serupa dzikir yang pecah di batu
Kematian akan terus hidup
Sedang mimpi kami adalah
luka melegam
Pada malam yang tak pernah
terpejam
Purwokerto, Januari 2013
Biografi Tuhan
Matamu, sesekali adalah
bidadari. Di lain kali, adalah terik luka. Seperti sekerat pagi yang gelisah
ini, kau tiupkan angin pada ubun-ubun embun. Membuncah dan jengah di
jalan-jalan tak bernama. Sekali itu saja aku menggambar matamu serupa lamuk
yang teduh. Memadangi purnama di tengah bulan. Menjaga langit-langit yang tak
pernah bertiang. Dan seterusnya, adalah gambar pekat yang tak terbaca. Sebagaimana
aku menamakan namamu Tuhan.
Purwokerto, Januari 2013
Indah,...bahasamu adalah cara Tuhan memperlihatkan sedikit dari sekian keindahan
ReplyDelete@IrmaSenjaTerima kasih Mbak? Puisi di atas lahir pada saat saya sedang di jalan menuju kantor. Melihat apapun sepanjang jalan, kemudian mewujud pada bentuk tulisan di siang ini. Salam:)
ReplyDeletetak bisa mengungkapkan dengan kata setelah baca puisi diatas.....sungguh luar biasa,salut ane.
ReplyDeleteselamat sob,teruskan berkarya....salam sukses
@Reo AdamTrims Mas Reo? Sukses juga buat KPK nya. Salam:)
ReplyDeletesaya bingung mau komen apa.. yg jelas saya suka kalo anda memakai kalimat tentang alam dan kebesaran kuasaNYA , bikin kita terenyuh agar selalu beryukur .
ReplyDeleteterima kasih sudah berbagi. meskipun ada beberapa yg kurang saya pahami :D
.
walaupun saya sangat susah memahami puisi, tapi saya merasakan sebuah gejolak batin yang mendalam akan semangat untuk terus bermuhasabah diri menuju ridho Alloh Ta'ala
ReplyDeletekeren Kang
selamat sore, selamat tahun baru dan selamat berpuisi
ReplyDeletemaha suci Allah dari segala keindahan-Nya
ReplyDelete@Djangan Pakiessaya kira Kang Djangkis telah memahami makna tersirat dalam puisiku di atas. sebab, puisi hanya bisa di pahami dengan rasa tidak dengan logika. Makasih kang, salam:)
ReplyDelete@Muhammad A VipTerima kasih komennya bro? Meski aku agak susah menerjemahkan kalimat "Selamat berpuisi"...salam:)
ReplyDelete@Abdul Haris MubarakTolong bantu saya memahami kesucian dan keindahan Alloh. Rasanya aku seperti tersungkur dan jatuh ketika mencoba melukiskannya lewat sebait kalimat yang ku sebut puisi..
ReplyDelete@Miz Tiakebingunganmu dalam mengomentari tulisanku di atas itu juga sebuah komentar. Karena Alam adalah Tuhan semesta. karenanya tak habis kata aku curi darinya..
ReplyDelete