Sepotong Sajak Getir Buat Istriku

By
Advertisement

Prolog

Bahwa hidup itu sejatinya tak semudah seperti apa yang dipaparkan dalam sebentuk teori. Ia adalah rahasia yang tak mudah untuk ditebak atau bahkan dilukis sejak manusia masih berada di dalam kandungan. Apa-apa yang dituangkan dan ditayangkan serta di khutbahkan dalam setiap ibadah, tak lain hanyalah cara bagi si pengkutbah untuk melanjutkan atau bertahan hidup. Nasib dan takdir telah digariskan pada setiap garis tangan manusia. Tertawalah karena mungkin hari ini nasib berwajah ramah. Maka menangislah karena mungkin takdir luput kita baca esok hari.

Lantas apa yang mesti kita ejawantahkan istriku? Apakah sebentuk puisi ini juga adalah salah satu takdir yang di gariskan ditangan kita? Ooh…andai Tuhan memberikan apa yang kita minta, bukan memberikan apa yang kita butuhkan, maka aku tidak akan menuliskan sebentuk sajak di bawah ini. Tetapi Tuhan adalah Tuhan, dan kita hanya manusia. Karena itu istriku, simaklah nyanyian puisi sumbang yang lahir dari getir langit-langit jantungku…


Tetapi Inilah Hidup, Istriku?
bagi istriku

tetapi inilah hidup, istriku?
sepuluh jari tangan kita takkan mampu menghitung gugusan bintang
meski ingatan begitu sempurna membaca
desau angin yang berderit lewat jendela

kita pernah belajar pada alam
sebait doa yang lahir dari ladang tandus
sebelum gerimis melumat aroma debu yang kita sanjung

tetapi inilah hidup, istriku?
sering kali ia sungkan berkata jujur pada dirinya
seperti yang pernah kita susun di atas pasir telanjang
dan musnah ditelan ombak seketika

tetapi inilah hidup, istriku?
senyum dan hujan adalah bunga-bunga
yang kita siram ketika pagi menghampiri
lalu layu seketika dilumat matahari

lantas apa lagi, istriku?
selain takdir yang tak bisa kita tawar
meski doa kerap kita hamburkan ke udara
namun sepertinya langit tengah tuli
dan halaman-halaman buku kita kian berkurang
: tetapi inilah hidup, istriku?

 Purwokerto, 13 Maret 2013

7 comments: