Mukadimmah
Adakah yang paling menyakitkan ketimbang merasakan segenap
keasingan yang tiba-tiba menyergap? Katakan kepada ku apa yang paling membuat
kita mabuk ketimbang kehilangan kekasih yang dengan susah payah kita rayu?. Aku
benar-benar khilangan kawan? Tongkat yang semestinya ku jadikan mata jalan raib
dihempas badai gurun. Jadilah aku seorang musafir yang tak tahu kemana arah angin
berhembus.
Hanya pada sebentuk puisi saja brangkali, aku
mencoba kembali membenarkan langkah kaki yang terseok-seok. Membetulkan ingatan
yang tiba-tiba bengkok oleh bujuk rayu keramaian dunia. Berharap agar Tuhan
menjadi ramah bagi tubuh dan fikiranku sebelum Dia membenci lantas menagih
nyawa dari kerangkeng tulang-tulang jasadku. Dan, inilah gugusan kata-kata
rayuan yang ku susun dengan segenap harap agar Tuhan sudi mengampuni segala
dosa-dosaku.
Kasidah Batu
Kali
I
sejak semula akulah kasidah batu kali itu
sumbang dan penuh sangsi
memintal sajak bagi daun-daun liar yang runtuh dari
kesilaman silsilah
ikan-ikan bernyanyi lagu wirid. sesekali, arus kali
tenang mengamini
sejak semula akulah kasidah batu kali itu
melantunkan lagu anggur dan vodka
pada setiap perjamuan-perjamuan di rumah Tuhan, di
mana tarian-tarian mabuk kerap melahirkan ayat-ayat beraroma getir
seseorang mengukir suara di ujung toa, merasa
nadanya persis nada Tuhan yang ku akrabi hingga tulang sumsumnya. padahal, ia
tengah menyanyikan lagu ganjil dikedalaman telinga para tetamu yang tengah
dijamu Tuhan
sejak semula akulah kasidah batu kali itu
mabuk dan tersungkur jatuh
menggenapi sembilan puluh sembilan arus nama Mu
yang menderas di ceruk jantungku
2
aku masih saja menjadi kasidah batu kali itu
setelah ku arungi keluasan samudra yang kau hentangkan pada selembar buku suci.
ku tabung segala kata warisan nenek moyang. agar lidahku takzim memainkan nama
Mu pada setiap permulaan lima waktu. agar langit tak kembali tuli. bagi doa-doa
yang ku panjati dengan diam.
namun mata Mu menjadi asing. sketsa wajah yang ku
lukis dengan tinta darah nadi Mu menjadi buram. nama-nama yang ku hafal dengan
asin keringat tasbih di sepertiga malam ku pun runtuh ke tanah. redam terhempas
badai keramaian
kini tubuhku sekarat. meski aku masih menjadi
kasidah batu kali itu.
jasad dengan dada bara api. pucat dilumat zaman
yang semakin menjauh dari tubuh Mu. Lantas dapatkah ku teguk kembali anggur dan
vodka yang ku peras dari dada langit Mu?
agar kita dapat mabuk, dan menari intim sepanjang
malam perjamuan di rumah sunyi Mu?
Purbalingga,
21 Maret 2013
luar biasa bang...puisinya keren
ReplyDeleteseneng bnaget baca puisi2nya
syukur dech? keren itu semacam buat ngalirin air ya bang? hehe..makasih kunjungannya
Deletemantap banget puisinya mas, sarat makna yg begitu indah dalam setiap baitnya
ReplyDeletecoba ceritakan pada saya apa makna yang mbak Indah tangkap dari puisi yang biasa aja itu?
Deleterahasia Ku tersembunyi di ke Akuanmu...ketika dinding ini terhempas tiada lagi kenal siapa diri ini,hanyut dalam lautan cintaMu.
ReplyDelete