Lalu bagimana jadinya jika secangkir kopi yang
selama ini senantiasa setia menemaniku merangkai puisi, tiba-tiba menghiba
kepadaku untuk menggantikan posisinya. Aku pun terkejut. Bagaimana mungkin
kopi-kopi yang telah ku sedu kemudian melompat-lompat dan memintaku menjadi
kopi? Hah, ada-ada saja. Akhirnya, dengan hati yang berat aku pun bersedia
menjadi kopi, menemaninya merangkai puisi.
Pertama-tama tubuhku menjadi bubuk kopi. Lalu aku
dimasukan ke dalam cangkir. Kemudian sesendok dua sendok gula pasir mengubur
tubuhku. Setelah itu air panas mengguyur tubuhku. Lantas aku dan gula pasir
diaduk bersama air tungku yang mendidih. Jadilah aku secangkir kopi yang
beraroma menahan kantuk dan rayuan bantal. Begitu seterusnya selama
bermalam-malam. Tak ku sangka tak ku duga, menjadi kopi adalah juga menjadi bagian
hidup yang paling bersahaja. Ia tak pernah protes kepada hidup. Tak pernah
mengeluh meski harus lebur karena air panas, serta senantiasa menjadi benda
yang paling setia menemani tuannya. Dan inilah pengalamanku selama aku menjadi
secangkir kopi.
Monolog Secangkir
Kopi
Buat Para
Penikmat Kopi
maka inilah aku yang dikutuk takdir menjadi sebiji kopi
mengecap lidah pada setiap jejak tengara waktu
manis dan pahit bertubrukan
di antara denting sendok dan beling
tubuhku legam, hangat, sesekali mendidih matahari
menjaga mata dari kantuk dan bantal
asin keringatku menyulap malam menjadi sebatang
siang
menyihir siang menjadi arang
bagi mata-mata yang sungkan terpejam
seperti bujur jasadku yang legam, aku tak pernah mengenal
huruf untuk mengeja takdir. Atau tak sempat akrab dengan segumpal tanya kenapa
aku mesti harus menjadi kopi
seperti gula pasir yang senantiasa manis dalam
setiap pahit. takzim membaca suratan garis-garis tangan tanpa tanda tanya.
aku hanya mengenal angka satu, dua, atau setengah sendok
hingga aroma tubuh telanjangku pas disedu
bagi pemuja malam dengan segenap birahi di ujung
dentum gelas dan cangkir
Purbalingga,
29 Maret 2013
mampiirr kk...
ReplyDeletesalam kopikers..hehee
makasih, salam pramuka juga hehe
Deletetepuk ganda.. |o| hehe
Deletesangat kreatif, sebuah sajak yg terinpirasi dari kopi yg sering kita minum. hehehe
ReplyDeletepemuja kopi juga nich kayaknya mbak Indah?
DeleteMeskipun tidak setiap kata saya pahami maknanya, tapi jujur tulisannya bagus...
ReplyDeleteOh iya, nlognya sudah saya follow #33, salam persahabatan :D
thanks sist? I'll follow back your blog
DeleteBagus :)
ReplyDeleteTerinspirasi dari kesederhanaan secangkir kopi, lalu disulap menjadi serangkai apa-mengapa yang cantik :)
Salam coffee addicted.. :)
Salam kenal.
saya tidak paham, tp saya acungi jempol untuk tulisan di atas
ReplyDeleteDari kebiasaan meminum kopi lalu menjadikannya sajak monolog. Sesederhana itu tapi demikian memukau. *baca sambil seduh kopi* terbenam bersama ampas kopi. keren!
ReplyDeleteKopine di jogi maning kang, uwis adem kiye katone...
ReplyDelete